Mahasiswa: Gerakan, Harapan dan Lifestyle


Oleh: Herlianto, 
mahasiswa Unisma dan anggota kajian budaya "nganthiwani" kota Malang
Sumber: tabloidpewarna.com

 Potret mahasiswa saat ini seakan menarik ulur emosi masyarakat, beberapa waktu lalu masyarakat di buat geram oleh konflik antar mahasiswa di UNG (Universitas Negeri Gorontalo) serta bentrok dengan pihak kampus di Unhas (Universitas Hasanuddin) Makassar yang berujung pada pembakaran dan perusakan fasilitas kampus.

Namun pekan lalu masyarakat dibuat pilu terhadap mahasiswa oleh aksi Sondang Hutagalung, Mahasiswa hukum UBK (Universitas Bung Karno) semester akhir, yang membakar diri di depan istana negara. Konon aksi ekstrim itu sebagai bagian dari usahanya untuk membela hak rakyat yang tergadaikan dan dirampas oleh negara.

Meskipun beberapa polisi bersikukuh bahwa itu adalah aksi ketidak warasan dari seorang Sondang, tetapi  terbantahkan oleh pernyataan keluarga dan kerabat dekat serta teman-temannya yang seorganisasi, Hammubarabi (Himpunan Aksi Mahasiswa Marhaenisme untuk Rakyat Indonesia). Bahwa Sondang, anak sopir taksi ini, memang orang yang gencar membela hak rakyat dengan aksi kreatifnya serta ia tidak cacat secara mental.

Menurut Cipta Lesmana, pakar komunikasi politik, hal ini lebih kepada sebagai komunikasi politik karena kejadiannya di depan istana, sementara istana adalah simbol negara. Artinya bisa dibenarkan bahwa apa yang dilakukan Sondang adalah salah satu upaya untuk membuka mata, telinga dan hati penguasa serta para elit negeri ini untuk serius menangani dan menuntaskan persoalan Hak Asasi Manusia (HAM) yang belum ada realisasinya.

Dari segi gerakan muncul pertanyaan mengapa kali ini Sondang lebih memilih aksi seorang diri dan bahkan sangat ektrim sekali? Hal ini yang oleh E. Durkheim di sebut anomie dalam La Suicide. Ia menjelaskan bahwa bunuh diri dan gerakan kebrutalan diakibatkan oleh  perubahan masyarakat yang cepat karena semakin meningkatnya pembagian kerja hingga menghasilkan suatu kebingungan tentang norma dan semakin meningkatnya sifat yang tidak pribadi dalam  kehidupan sosial, yang akhirnya mengakibatkan runtuhnya  norma  yang mengatur perilaku. 

Dari keadaan itu muncullah segala bentuk penyimpangan dan yang paling menonjol adalah bunuh diri. Artinya aksi nekat itu karena vacuumnya gerakan mahasiswa. Sementara aksi yang ada belum memberikan arti apa-apa bagi penguasa maka dia tampil dengan cara yang berbeda agar ditanggapi. Tapi ya ironis presiden SBY (Susilo Bambang Yudoyono) hanya menanggapi melalui juru bicaranya tentang bela sungkawa yang dalam.

Teladan  gerakan

Spesialisasi yang berbeda-beda dalam bidang pekerjaan dan peranan sosial berakibat pada memudarnya solidaritas organik dan kolektifitas. Nilai-nilai itu tereduksi oleh individualitas dalam cara yang berbeda dari kesadaran kolektif bahkan sering kali berbenturan dengan kesadaran kolektif.  Ini menjadi pemicu partialitas gerakan mahasiswa.

Bukan hal baru lagi bentrok antar mahasiswa di medan laga demonstrasi karena perbedaan identititas latar belakang organisasi. Yang satu mengklaim bahwa basis gerakannyalah yang paling benar, yang lain pun demikian. Hingga muncul sikap saling curiga-mencurigai antar organ gerakan yang berujung pada anarkisme . 

Wacana pluralisme dan multikulturalisme belum cukup untuk meretas toleransi antar organisasi ekstra mahasiswa, masih butuh waktu untuk melahirkan gerakan kolektif  antar gerakan dengan tidak memeperdulikan apa latar belakang organisasinya, dan mendasarkan pada nilai-nilai nasionalisme.

Untuk itu teladan yang bisa kita ambil dari Sondang adalah akhiri aksi seorang diri rapatkan barisan untuk menyongsong kemilau masa depan bangsa. Karena sejatinya aksi itu bukan hanya tamparan terhadap pemerintah untuk segera menyelesaikan persoalan HAM, tetapi ini juga menjadi tamparan moral bagi mahasiswa untuk segera bangkit dan bergegas menegakkan perannya sebagai agent of change dan agent of control yang selama ini dirobohkan oleh mahasiswa sendiri.  

Mahasiswa yang terjebak pada politik praktis dikampus harus segera mengevaluasi diri dan keluar dari hal itu, mereka yang terlelap dalam menara gading ilmunya segera bangun untuk mengadvokasi mereka yang teralienasi dari haknya. 

Poin penting lainnya dari Sondang adalah makna pengorbanan bagi kepentingan publik,  gerakan tegas dan tidak pernah lelah berjuang demi suatu keadilan. Mahasiswa sebagai kelas yang haus mencari kebenaran, seharusnya tidak tertarik dan tidak memiliki kepentingan terdahap popularitas, uang dan kekuasaan. Karena mencari kebenaran adalah pekerjaan dari  mahasiswa sebagai kaum intelektual.

Mahasiswa perlu menciptakan, kata P. Bourdieu, habitus baru yaitu  collective intellectual (intelektual kolektif). Untuk menjaga dan membela otonominya dari keterlibatan pada praktek politik praktis yang mencederai keadilan serta dapat mengarahkan gerakannya pada gerakan kritis terhadap kebijakan yang meminggirkan kaum minoritas.  

Harapan masa depan

Apapun alasannya, tumpuan  masa depan tetap ada pada generasi muda yang salah satunya adalah mahasiswa. Di sisi lain mahasiswa menjadi komunitas yang berbeda daripada masyarakat pada umumnya, yang membuat berbeda adalah mereka berada dijenjang pendidikan yang lebih tinggi. Disisi lain  terlalu sulit untuk mencari mereka kaum tua yang peduli dan memiliki pengorbanan besar terhadap negeri ini. 

Terlalu lelah untuk memilah kaum tua yang benar-benar berdedikasi untuk bangsa ditengah lingkaran dan adukan kebiasaan praktek KKN (Korupsi Kolusi dan Nepotisme). Namun ini bukan pelimpahan terhadap mahasiswa untuk menanggung derita bangsaa saat ini, tetapi mahasiswa memiliki kemungkinan lebih untuk dibentuk dan diarahkan serta dijauhkan dari praktek kotor di bangsa ini.

Maka jika negeri ini diskenariokan menuju negara penguasa ekonomi dan negara adikuasa 2025 dan 2045 (kompas, 25/11/2011 dan  11/11/2011) tumpuan utamanya adalah mahasiswa. Tentunya mereka harus segera mengakhiri kevakuman gerakan, partialitas gerakan, apatisme dan hedonisme. Kalau memang perlu definisikan ulang secara bersama  makna gerakan yang sebenarnya agar ada pemahaman yang dapat dibenarkan secara kolektif.
Lifestyle sebagai penghambat
            Lifestyle juga menjadi penyebab tumpulnya gerakan mahasiswa. Minat mahasiswa yang lebih cendrung pada mode, fashion dan gadget menyebabkan mereka tidak memiliki waktu banyak untuk memikirkan mereka yang dilanggar haknya. leisure time (waktu luang) yang dimiliki tersedot oleh dandyism (aktifitas bersolek) dan konsumsi. 

Mereka  terjebak pada, apa yang dikatakan oleh David Chaney dramaturgy of display (dramaturgi pameran) artinya bahwa mereka seakan-akan bertindak diatas sebuah panggung teaterikal yang kemudian diritualkan. Sehingga apapun kondisinya seakan menuntut mereka untuk selalu tampil modis, menarik dan “aduhai” dan ini tidak lagi hanya milik kaum selebritis. Mahasiswa menjadi salah satu penikmat dari produk-produk kapitalis meski sebenarnya mereka tak jarang mengkritik kapitalis.

Maka sudah saatnya mahasiswa menjadikan momen Sondang Hutagalung ini sebagai ajang refleksi, dan kalau perlu merekonstruksi visi dan misi gerakannya secara nasional dengan mendasarkan pada nilai-nilai kolektifitas dan penuh dedikasi serta dengan membuang jauh gaya hidup yang cendrung pada kesenangan sementara dan individualis: hedonisme, dandyisme, apatisme, dramaturgisme dan sejenisnya. Dan segera beranjak untuk memegang kendali bangsa yang tengah mengarung dilautan lepas dan tengah oleng terombang-ambing oleh badai moral.

 * tulisan ini pernah dimuat dikompas, 24/12/2011

Post a Comment

2 Comments

  1. Salam perubahan..,

    Sebelumnya saya ingin mperkenalkan diri, nama lengkp saya Wawan Kurniawan. Asal Makassar,

    Sy tertarik dengn tulisan kakak, terkhusu blog ini yang memberikan gambaran akn pergerakan mahasswa.

    Namun sy memohon maaf yg sebesar2ny, atas tindakan sy yang telah melanggar, yakni mengutip paragraf2 kakak dalam tulisan opini sy, namun sejujurny ad beberapa alasn yang tidk bisa sy sampaikn dalm kolom komentar ini, sekiranya kakak memberikan maaf dan alamt email sehingga kita bisa berdiskusi tentang pergerakan.

    ReplyDelete
  2. okey g ada masalah,, dalam dunia penulisan mengutip memang dibolehkan,, terimaksih atas kunjungannya ke blog ini,, ini email saya herlyzalembu@yahoo.com.

    saya tunggu konfirmasinya.......

    ReplyDelete