Oleh: Herlianto, Mahasiswa STF Al- Farabi Malang
HMI merupakan bagian yang juga
terpukul pasca penetapan Anas Urbaningrum sebagai tersangka kasus Hambalang. Pasalnya,
putra Belitar ini tidak hanya karena pernah menjadi ketua PB HMI ataupun
jabatannya sekarang, presidium KAHMI. Tetapi ia “kanda” yang punya loyalitas
terhadap kader hingga tingkat grassroot.
Tak jarang acara cabang hingga koorcom dihadirinya.
Penetapan Anas, dengan segala
rentetan kejadian mulai pidato SBY yang multi tafsir hingga bocornya
sisprindik, cukup kontraversial. Dilain sisi, membuat respon HMI berbeda dengan
pada saat penetapan Andi Malaranggeng, yang juga alumni HMI, sebagai tersangka
pada kasus yang sama beberapa waktu lalu, bahkan hampir tak ada respon.
Please
Calm Down!
HMI boleh saja melakukan pembelaan,
tapi perlu diingat bahwa HMI adalah organisasi mahasiswa independen. Dalam term independen HMI mestinya moderat,
bukan membela Anas dan mencaci SBY atau sebaliknya. Mereka harus membela
kebenaran dan mendorong supremasi hukum tak peduli siapapun pelakunya.
Melihat celoteh kawan-kawan HMI di
jejaring sosial, BBM, SMS yang bernada sarkas terhadap SBY dan KPK, ditambah
aksi ricuhnya di Bogor menuntut SBY(26/2) menunjukkan bahwa mereka tidak respect terhadap hukum. Apalagi Anas
masih berstatus tersangka artinya ada asas yang mesti dihormati yaitu perception of innocent bagi Anas dan
proses pembuktian bagi KPK. Jika tetap “ngotot” HMI akan terjebak sebagai underbouw pribadi Anas.
Itu bukan
sikap dari pembela keadilan sejati. Pejuang keadilan sejati mengedepankan
proses hukum, tidak pernah mengungkit masalah lain jika pribadinya tersangkut
masalah, misalnya membandingkan kasus Anas dengan kasus Century yang mangkrak.
Karena
kapanpun, dimanapun dan apapun bentuknya, tindakan melanggar hukum tetap harus
diadili. Dan disitu HMI, jika betul independen, harus hadir untuk “memecut”
memberi dukungan moral pada para lembaga dan penegak hukum untuk bekerja ekstra melakukan pembuktian terhadap
kasus hukum yang ada.
Jika
perlu, HMI beraliansi dengan Omek lain dalam rangka aksi besar-besaran untuk mendorong Anas agar
membuka lembaran-demi lembaran “kartu trufnya” sebagaimana diucapkan, agar
kasus Hambalang betul-betul terkuak hingga ke akarnya dan tuntas, bukan malah melakukan
pembelaan yang terkesan “pokoknya”, membuat rakyat dan kawan seperjuangannya
(PMKRI, PMII, GMNI, KAMMI, IMM dst) meragukan independensi HMI. Bagaimana kita
menafsirkan independensi HMI jika justru membela Anas? HMI bukanlah “pengacara”
Anas, melainkan rakyat. Disinilah pertaruhan independensi yang sebenarnya.
HMI harus calm down, jujur dan tegas dalam menyikapi kasus Anas, jangan
sampai terprovokasi oleh kepentingan politik.
Pelajarilah sejarah independesi HMI mulai perjuangan di KAMI 1965 hingga
lengsernya Sukarno, kelompok Cipayung 1972 dan gerakan 1998 hingga Suharto
turun tahta. Bukankah ini prasasti bahwa HMI memiliki independensi yang kuat.
Apakah ini telah dilupakan oleh HMI demi kasus Anas. Ada apa dengan HMI? Apa
istimewanya Anas bagi HMI?
HMI
sangat tidak perlu melontarkan wacana-wacana provokatif yang justru
memperekeruh suasana dan proses hukum. Sikap gentle KAMMI perlu dicontoh pada saat presiden PKS Lutfi Hasan
Ishak ditetapkan sebagai tersangka kasus impor daging sapi. KAMMI begitu
menghormati dan patuh hukum dan sepenuhnya mensupport proses hukum selanjutnya.
Rakyat
Butuh HMI
Terus terang rakyat rindu dengan
pembelaan HMI dan Omek lain atas penindasan para penguasa, para oligark dan monopoli ekonomi. Rakyat
sudah lelah mencari pembelanya di panggung kekuasaan dan politisi yang tak
kunjung hadir, dan mungkin selamanya akan absen. Semrautnya informasi dan upaya
penegakan hukum, dan melelehnya sikap independen dari figur yang ada membuat rakyat bosan bernegara. Mereka
menjadi bagian yang terus di bohongi oleh “silat lidah” penguasa dan manipulasi
pemberitaan.
Tentu, situasi ini akan diperparah
dan kekecewaan rakyat akan bertambah makala HMI sebagai “corong rakyat” justru
menjadi corong Anas. HMI terjebak dalam irama lingkaran setan yang tak
berkesudahan.
Tapi saya yakin HMI hanya shok saja dengan keadaan, HMI perlu menghela
nafas dalam-dalam untuk menenangkan diri, berfikir jernih dan mengambil sikap
yang tepat dalam kasus ini. Mereka punya independensi yang kuat, dan semangat
pengabdian yang tak akan luntur oleh kasus politis penuh kepentingan ini.
Untuk
itu, ditengah hiruk pikuk persoalan bangsa ini, mari jangan abaikan rakyat
dengan berpaling pada kasus elit politisi. Yang justru menempatkan dirinya pada
posisi ujung tombak tetapi tombaknya tidak dikendalikan. Satukan barisan,
ketidakadilan bukan hanya msuh HMI tapi juga musuh bagi Omek yang lain.
HMI
dan semua gerakan pemuda harus kembali ke akar primordialnya yaitu pembela
rakyat. Karena disitu mereka akan menemukan independensi dan khittahnya sebagai
agent of change, social control dan intellectual.
Lawan!
0 Comments