Negeri Artis Mahakuasa


Oleh: Herlianto A
Sumber: republika.co.id

Menjadi artis adalah segalanya di negeri ini. Profesi yang terasa begitu istimewa di banding profesi lain yang pernah ada. Publik menyebutnya selebriti yang berarti orang-orang yang dipuja, para idola. Mereka memiliki banyak fans yang siap lakukan apapun demi pujannya. Para fans ini yang membuat artis erat kaitannya dengan massa.

Iya, massa yang membuat para selebritis bisa melakukan apapun. Dapat meraup uang dengan mudah melalui iklan, endorse, atau sekedar tampil sebagai bintang tamu (guest star) di acara tertentu. Mereka menjadi trendsetter yang siap diikuti oleh para fans gaya hidupnya. Karenanya rumah-rumah produksi dekat dengan untuk promosi.

Akun-akun media sosialnya mulai dari twitter, facebook, instagram, diikuti oleh para fans. Akun ini juga laku dikomodifikasi digandi dengan dolar. Video youtube (vlog) diserbu oleh viewer, sekali upload video jutaan penonton mengunjunginya. Tak pelak, adsen dan youtube mengguyur uang milian rupiah untuk itu.

Kemudahan mendapatkan uang ini, beda sekali dengan para pekerja kasar yang memeras keringat di bawah terik matahari. Dari pagi sampai sore, tak kenal lelah. Itupun penghasilannya masih pas-pasan, alias hanya cukup untuk menyambung hidup dalam sehari.

Selain itu, popularitas yang dimiliki artis membuat mudah sekali menjadi tokoh public yang masuk dalam lokus-lokus kekuasaan tertentu, baik menjadi legislatif maupun eksekutif. Tanpa pengalaman politik apapun mereka bisa dengan mudah masuk partai politik.

Para elit politik di partai menerimanya dengan welcome. Alasannya tak lain popularitas dan massa fanatic yang dimiliki artis dapat dikonversi oleh parpol sebagai kendaraan menuju kekuasaan. Ditopang oleh demokrasi electoral ala negeri ini. Massa adalah segalanya.

Tak ayal artispun masuk dalam kontestasi politik lalu memenangkannya dengan tidak terlalu berupaya. Mereka duduk di parlemem, mewakili rakyat katanya. Walaupun di kursi terhormat itu mereka hanya senyam-senyum tak punya gagasan apa-apa tentang negara ini. Mereka lebih tepat mewakili partau bukan rakyat.

Sialnya, mereka menikmati gaji dari negara dan tunjangan-tunjangan kesejahteraan lainnya yang disumbang oleh rakyat melalui pajak. Walaupun itu adalah sah karena mereka dipilih secara demokratis melalui kontestasi pemilu.

Kita semua mungkin menyadari bahwa demokrasi yang baik bukanlah prosedural tetapi substansial. Subatansial berarti bukan hanya menang secara prosedur tetapi sah secara moral. Artinya mereka yang terpilih haruslah memiliki kemampuan secara politik, dan benar-benar berjuang untuk rakyat, bukan sekedar mencari pekerjaan melalui masuk ke parlemen.

Kita bisa lihat beberapa artis yang mengandalkan popularitaanya untuk meraup kekuasaan. Di antaranya, Pasha Ungu, Mulan Jameela, Krisdayanti, Anang Hermansyah, dan beberapa artis lainnya. Mereka sukses dengan figure keartisannya dengan fans yang dimilikinya.

Kemahakuasaan artis lainnya, bahkan tidak hanya di “dunia putih”. Di “dunia gelapun” mereka dihargai dengan sangat mahal. Kita mungkin sangat kaget, belum lama ini artis terjerat prostitusi online Vanesa Angel yang dihargai 80 juta per sekali kencan. Bayangkan dengan mereka-mereka yang menjual barang yang sama di lokalisasi-lokalisasi. Harga yang berlipat-lipat perbedaannya.

Dengan berbagai kelebihan artis inilah, maka wajar jika generasi kita banyak yang ingin menjadi artis ketimbang menjadi petani atau nelayan. Berbagai ajang menuju artis digelar dengan sangat rutin di hamper setiap televisi. Meraka bilang ajang pencarian bakat.

Dan tentu saja, setiap ajang yang dibuka kapanpun dan oleh agen manapun pasti diikuti oleh peminat anak-anak muda yang membludak. Stand-stand pencarian bakat itu dikerumuni mereka yang histeris menunggu waktu gilirannya tiba. Mereka berebut golden tiket atau titanium tiket.

Begitulah realitas keartisan kita, dan hysteria generasi muda untuk menjadi seperti mereka. Walaupun sebetulnya tak sedikit artis yang terjebak ke jurang kegelapan, salah satunya narkoba. Ini berarti dunia artis tidak selama baik seperti yang dibayangkan. Generasi muda mesti punya pertimbangan yang matang untuk masuk ke dunia ini.
  

Post a Comment

0 Comments